Bahkan dakwah sang dai pun dihalang-halangi. Lalu bagaimana jadinya jika kemarin-kemarin UAS mengambil kesempatan untuk masuk dunia politik sebagai pendamping Prabowo? Entah aksi apa lagi yang akan dilakukan kelompok-kelompok egois yang mengaku paling pancasilais itu?
Aksi persekusi, premanisme, rupanya jadi jalan yang ditempuh kala tak setuju dan tak sepaham dengan pihak lain. Apa begitu warisan demokrasi? Saling menghargai!
Pengakuan Ustaz Somad di akun instagram resminya yang menyatakan bahwa telah terjadi intimidasi dan ancaman, ternyata pun dianggap menimbulkan gejolak dan spekulasi tentang siapa pelaku intimidasi yang sebenarnya.
Politisi PDIP, Eddy Kusuma bicara, “Sebaiknya Ustaz Somad dia laporan langsung ke polisi. Supaya polisi bisa langsung melakukan penyidikan sehingga membuat terang persoalan itu. Jangan sampai nanti, jadi saling menjelekkan.”
Aparat, dalam hal ini polisi juga ikut angkat bicara, “Ya kalau ada ancaman, dipersilakan melaporkan kepada polisi,” jelas Kepala Bareskrim Mabes Polri Inspektur Jenderal Arief Sulistyanto.
Bagaimana tanggapan UAS?
“Tidak (berencana melapor ke polisi). Saya mau tenang saja. Capek. Dugaan persekusi Bali belum selesai-selesai (penanganannya),” jelas UAS. Republika (5/9/2018).
Tentu masih terang dalam ingatan, kejadian pada 8 Desember 2017 lalu. Saat ratusan simpatisan Laskar Bali menyerang hotel tempat UAS menginap di Denpasar. Beberapa pihak melaporkan dugaan persekusi itu tiga hari kemudian. Yaitu tanggal 11 Desember. Tapi sampai sekarang? Apa kabar?
UAS memilih mengalah. Tidak akan balik melakukan persekusi. Dia tidak ingin ada gesekan di tengah masyarakat khususnya umat Islam.
“Mangalah saja. Allah ada.”
Bagaimana? Masih ngotot menambah persekusi pada UAS, dengan memaksanya segera lapor polisi?
Seharusnya jawaban dari UAS ini menjadi “tamparan” bagi aparat penegak hukum. Bagaimana agar bisa memperlakukan semua warga negara adil di mata hukum. Tidak berat sebelah, tidak pilah-pilah.
Jika aparat begitu bernafsu membongkar kasus-kasus yang melawan penguasa, bahkan salah satunya, mengejar terduga pelaku hingga ke negeri Lee Min Ho tinggal, seharusnya kasus “ringan” seperti UAS di dalam negeri ini tidak perlulah bertele-tele dari akhir 2017 hingga 2018 akan habis pun, belum terang jua. Meskipun, tentu masih ada aparat penegak hukum yang amanah dan takut dengan Tuhan. Semoga.
Terakhir, beruntung UAS menunjukkan sikap kesatrianya, tidak membalas keburukan dengan keburukan. Karena siapa yang tahu, di masa yang akan datang nanti, orang-orang yang hari ini sudah menjadi musuh dalam selimut itu, malu dan pada akhirnya justru berguru tersedu menuju UAS. Siapa yang tahu? Mari doakan saja mereka segera insyaf.
Aksi persekusi, premanisme, rupanya jadi jalan yang ditempuh kala tak setuju dan tak sepaham dengan pihak lain. Apa begitu warisan demokrasi? Saling menghargai!
Pengakuan Ustaz Somad di akun instagram resminya yang menyatakan bahwa telah terjadi intimidasi dan ancaman, ternyata pun dianggap menimbulkan gejolak dan spekulasi tentang siapa pelaku intimidasi yang sebenarnya.
Politisi PDIP, Eddy Kusuma bicara, “Sebaiknya Ustaz Somad dia laporan langsung ke polisi. Supaya polisi bisa langsung melakukan penyidikan sehingga membuat terang persoalan itu. Jangan sampai nanti, jadi saling menjelekkan.”
Aparat, dalam hal ini polisi juga ikut angkat bicara, “Ya kalau ada ancaman, dipersilakan melaporkan kepada polisi,” jelas Kepala Bareskrim Mabes Polri Inspektur Jenderal Arief Sulistyanto.
Bagaimana tanggapan UAS?
“Tidak (berencana melapor ke polisi). Saya mau tenang saja. Capek. Dugaan persekusi Bali belum selesai-selesai (penanganannya),” jelas UAS. Republika (5/9/2018).
Tentu masih terang dalam ingatan, kejadian pada 8 Desember 2017 lalu. Saat ratusan simpatisan Laskar Bali menyerang hotel tempat UAS menginap di Denpasar. Beberapa pihak melaporkan dugaan persekusi itu tiga hari kemudian. Yaitu tanggal 11 Desember. Tapi sampai sekarang? Apa kabar?
UAS memilih mengalah. Tidak akan balik melakukan persekusi. Dia tidak ingin ada gesekan di tengah masyarakat khususnya umat Islam.
“Mangalah saja. Allah ada.”
Bagaimana? Masih ngotot menambah persekusi pada UAS, dengan memaksanya segera lapor polisi?
Seharusnya jawaban dari UAS ini menjadi “tamparan” bagi aparat penegak hukum. Bagaimana agar bisa memperlakukan semua warga negara adil di mata hukum. Tidak berat sebelah, tidak pilah-pilah.
Jika aparat begitu bernafsu membongkar kasus-kasus yang melawan penguasa, bahkan salah satunya, mengejar terduga pelaku hingga ke negeri Lee Min Ho tinggal, seharusnya kasus “ringan” seperti UAS di dalam negeri ini tidak perlulah bertele-tele dari akhir 2017 hingga 2018 akan habis pun, belum terang jua. Meskipun, tentu masih ada aparat penegak hukum yang amanah dan takut dengan Tuhan. Semoga.
Terakhir, beruntung UAS menunjukkan sikap kesatrianya, tidak membalas keburukan dengan keburukan. Karena siapa yang tahu, di masa yang akan datang nanti, orang-orang yang hari ini sudah menjadi musuh dalam selimut itu, malu dan pada akhirnya justru berguru tersedu menuju UAS. Siapa yang tahu? Mari doakan saja mereka segera insyaf.
0 Response to "Pantas Saja Ustaz Somad Tak Mau Lapor Polisi! Ternyata Gara-Gara Ini!"
Posting Komentar